Sabtu, 18 Maret 2017

Cerita Pendek



Sahabat Imajinasi
(oleh Angela Carina Devi)


            “Hari minggu yang cerah”, batiku, sembari kupandangi langit mertoyudan yang membentang luas. Kududuk di kursi balkon, tempat favoritku. Aku merasa matahari menyapaku dengan senyumannya. Aku pun yang sedang duduk tiba-tiba tersenyum seakan-akan membalas senyuman sang fajar itu.
“Karin, kita sarapan yuk!”. Tiba-tiba suara ajakan Ayah membuatku kaget.
“Iya, ayah”, jawab aku.
“Hari ini ada rencana mau ke mana?”, tanya Ayah.
“Ehmmm..(sambil mengerutkan dahi)..tidak tau, Yah!”, sahutku.
“(tertawa kecil) hehehe…kamu itu lo..lucu Nak, seperti ibumu.” Jawab Ayah.

Sekilas aku terdiam mendengar jawaban terakhir ayah. Aku tidak mengerti siapa sosok Ibu yang tidak pernak kukenal. Aku adalah anak tunggal. Ibuku meninggal ketika melahirkanku, dan ayahku sangat mencintainya. Mungkin itu sebabnya ayah tidak menikah lagi sampai sekarang. Ayah yang sejak tadi melihatku terdiam juga ikut terdiam. Lalu, “Siang ini pergi ke Gembira Loka, yuk!”,kata Ayah memulai percakapan lagi
Aku menjawab “Karin mau Ayahhh”
           
            Minggu ini kami lewati dengan sangat ceria. Tak lupa aku selalu mengobrol dengan Ayah. 
“Ayah, terimakasih ya, sudah mengajak Karin jalan-jalan hari ini. Karin sayang ayah”, kataku.
“Iya sama-sama, Nak. Ayah juga sayang Karin.” Timpa ayah.
             
            Sampai di rumah sudah larut. Kuputuskan untuk segera pergi ke kamar. Sampai di kamar, aku mengobrol dengan Brety. Siapakah Brety?. Brety adalah boneka milik ibuku dahulu. Kadang aku memanggilnya Bee. Setiap hari Bee lah yang menemaniku jika aku kesepian. Malam ini kulewati dengan senyuman yang indah.
“Hoammmmzzzz…..”, kataku.
“Selamat pagi, Bee..”, kataku lagi.
“Berdoa pagi, Rin”, jawabku, seolah-olah aku sedang berbincang-bincang dengan Bee. Memang, aku selalu melakukan ini dengan sahabat imajinasiku. Telihat bodoh, tapi akum eras bahagia.
            Setelah upacara aku masuk kelas, “Rin, PR mu udah dikerjakan belom?” Tanya Alma. Aku mengangguk kecil, kupegang bukuku dengan erat, aku tak rela ririn selalu nyontek padahal aku mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan saat maju ia selalu terlebih dahulu dan selalu mendapat pujian dari guru.

“Be… gimana caranya bisa lepas dari alma?” Tanyaku dalam hati kepada boneka berbentuk beruang kecil yang selalu kugantungkan di dompet pensilku.
“Aku tak punya teman di kelas, orang-orang menganggapku aneh. Aku sedih Be…” Timpaku lagi.
Seminggu lagi hari Ibu, Sekolah akan mengadakan acara, OSIS sibuk menyiapkan kegiatan, perlombaan antar kelas akan segera dimulai. Wali kelas menyuruh aku untuk ikut lomba baca puisi. Aku senang sekali, itu tandanya guru percaya padaku. Dirumah dengan segera aku mengambil pena dan kertas untuk menulis puisi tentang Ibu, tak lupa ada Be di sampingku.
10 menit aku duduk memandangi kertas yang masih kosong. Buntu tak ada ide. Kurebahkan tubuhku di kasur, kupandangi awan yang mulai gelap pertanda hari akan hujan.

"Be… awan akan menangis… sepertinya ia tau apa yang kurasakan. Daun-daun bergoyang kencang seolah ia tahu gemuruh hati yang kurasakan.” Gelisahku.

“Karin, ayah pulang.” Kata ayah. Yee. Semoga ayah bisa membanuku untuk membuat puisi tentang Ibu.
“Rin, cepat. Ayah membawakan orang special untukmu.” Kata ayah.
“Iya ayah.” Jawabku.
“Perkenalkan, dia Tante Kinan, teman kerja Ayah, malam ini kita makan diluar ya.” Jawab ayah.
            Perjalanan lumayan jauh. Hah, ternyata kita makan di dekat Pantai Parangtitis, Yogyakarta. Kami bertiga bercengkerama dengan akrab dan suasana terasa hangat. Tante Kinan ternyata orang yang baik, dan selera humorisnya tinggi.
“Sebentar ya yah, akum au jalan-jalan.”kataku.
“Iya Rin, tapi jangan jauh-jauh ya!” Jawab ayah.
Aku berjalan sembari menatap Bee yang selalu kubawa kemana-mana. Kulihat genangan air yang damai dan bayangan bulan membuatku terasa nyaman berada disini. Sekejap aku tebawa suasana di pantai yang indah ini. Kurebahkan badanku dan kunikmati karya ciptaan Allah yang sangat menawan ini.

             Keesokan harinya,
“Rin, akhirnya kamu sudah siuman juga. Tante khawatir sekali denganmu!” Kata Tante Kinan.
“Loh, Te Kinan, Karin ada dimana? Kok Karin pusing banget!!!!” Kataku
“Semalam kamu main di tepi pantai, lalu keseret ombak. Untung aja ada Tante Kinan yang segera berteriak dan meminta bantuan.” Jawab ayah.
“Ja, jadi, aku di rumah sakit nih, yah? Lalu bee dimana?” Jawabku
“Bee? Siapa Bee?” Jawab ayah lagi
“Bee, boneka beruang milik ibu yang aku genggam semalam.”Kataku
“Mana ayah tau nak. Ketika kamu ditemukan kamu sudah tidak membawa apa apa. Lagian Karin nggak pernah cerita pada ayah kok.”jelas ayah.
“Jelas ayah tidak tau! Selama ini aku selalu kesepian. Aku nggak tau siapa sosok ibuku, sedangkan ayah setiap hari banting tulang mencari nafkah, siapa lagi yang menemani aku jika tidak Bee????” Jawabku dengan sedikit menggerutu.
“Maafkan aku, nak. Ayah jarang memperhatikanmu.” Kata Ayah.
“Yasudah tidak apa-apa yah, semua sudah terjadi.” Jawabku.

            Esoknya, aku pulang… aku sehat hanya saja hatiku masih terasa perih bila ingat dengan Be. Be…. dimana kamu????? Terlihat ramai orang menyambutku di pintu rumah, ya mereka pembantu sekaligus keluarga bagiku. Nampak tante Kinan menghampiri dan memberiku sebuah kotak. Kado? Terima kasih tante, aku tersenyum tapi tidak bergairah untuk menyambutnya. Aku lelah. Lalu  aku masuk ke dalam kamar. Ayah dan tante Kinan tersenyum seolah mereka memberiku waktu untuk menenangkan diri.

“Be… sekarang aku benar2 bicara sendiri, tak ada kamu, kamu hanya ada dalam pikiranku. Aku benar2 nampak bodoh. Hufftt…. “ Kataku sembari Kupandangi kotak kado tadi.
“Apa isinya ya? Tante Kinan… dia berusaha menarik perhatianku dengan memberikan kado ini. Aku…. Kenapa aku?” Sahutku lagi.
 Ada rasa cemburu jika melihat ayah bersamanya. Kubuka perlahan kertas kado ini, nampak sebuah boneka berwarna pink, harum… kupandangi boneka beruang itu. Secarik kertas tersembul dibawahnya,
“Rin… ketika kau dirumah sakit, aku benar-benar tersentuh melihat kau dan ayahmu bersama. Aku… bukanlah orang yang baik tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Aku kembali ke pantai itu, aku mencari Be sahabatmu, entah benar atau tidak aku menemukan boneka beruang pink terdampar di batu karang. Aku cuci di loundry dan kubungkus untukmu. Maaf jika boneka itu bukanlah Be sahabatmu…” Kata tante Kinan disecarik kertas itu.

          Kubuka bungkus plastik boneka itu, kulihat kuping belakangnya, ada nama Karina terjahit disitu.
Aku berlari ke bawah, kupeluk ayah, yang kaget melihatku, aku hanya tersenyum dan meloncat kegirangan,
“Terimakasih ayah, karena engkau telah membawa Malaikat baru dirumah ini. Tante Kinan.” kataku, sambil tersenyum, aku melihat ketulusan di wajahnya.
“Tante, maukah tante membantuku untuk membuat puisi tentang Ibu?”Tanyaku.
 Aku melirik ke ayah, Ayah tersenyum senang.
“Tentu,” jawab tante Kinan,
Be…. sekarang aku tidak akan pernah kesepian lagi karena Malaikat tak bersayap telah hadir disisiku…..

Ket:
Sang Fajar       : Matahari

Jumat, 11 November 2016

   


     Ada berbagai macam iklan. Salah satunya yaitu iklan layanan masyarakat, seperti iklan yang telah saya posting.
     Iklan tersebut mengajak kita para masyarakat, pelajar se Indonesia untuk melestarikan pohon agar tidak terjadi penebangan tanpa izin, banjir, dll.
     Iklan tersebut memiliki beberapa makna, antara lain:
1). Warna latar belakang merah berarti adanya pribadi yang kuat, berani. Berani disini dalam artian kita berani untuk menghijaukan kembali pepohonan yang ada di dunia terutama yang ada di negeri kita tercinta, Indonesia.
2). Sehelai pohon berwarna hijau memiliki arti adanya pertumbuhan, hijau dapat dikaitkan dengan alam atau lingkungan.
3). Warna biru di dalam tulisan slogan diartikan sebagai kejernihan warna, warna yang mendorong kita, warna yang dapat menyalurkan komunikasi, dimana komunikasi itu merupakan sebuah ajakan.
4). Gambar wayang merupakan simbol manusia di jaman kuno. Manusia dijaman kuno yang selalu melestarikan tanaman. Diharapkan kita juga dapat seperti pribadi kuno itu.
5). Tangan terbuka diartikan dengan suka hati.
6). Simbol daur ulang memiliki arti kita dapat mendaur ulang bahan bahan agar tidak merusak ekosistem.

     Demikian pemaparan yang bisa saya tulis di blog ini.

Kamis, 03 November 2016

Biografi Ayah



Pahlawan Keluargaku


            Albertus Asthy Widjaja lahir di Purworejo, 3 Maret 1972. Beliau merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Ayahnya bernama Sunarya dan ibunya bernama Maria Anna. Beliau tinggal bersama kedua orangtuanya di rumah dinas karena ayahnya merupakan guru Bahasa Indonesia di Seminari Menengah Mertoyudan. Ibunya dahulu merupakan sepala sekolah SD Banyurojo. Beliau mengenyam pendidikan mulai dari TK Santo Yusup, SD Sumberejo 2, SMPN 7 Magelang, SMA Santo Yusup, hingga menjadi sarjana pendidikan Bahasa Inggris lulusan Sanata Dharma.
            Bapak Albertus Asthy memulai karirnya yaitu menjadi guru Bahasa Inggris di SMAN 2 Magelang pada tahun 1993-1996. Setelah itu, beliau melanjutkan kariernya di Laurensia School Jakarta mulai tahun 1996-2013. Kemudian pada tahun 2013 hingga sekarang, ia bekerja di Magelang yaitu sebagai pegawai swasta di SD, SMP, SMA Tarakanita Magelang. Lalu ia berhenti dan kini bekerja sebagai pegawai di PT. Bumi Selaras, Muntilan.
            Pada tahun 1993, Bapak Albert menikahi seorang wanita keturunan keluarga Keraton Yogyakarta bernama Raden Rara Anna Atas Noersetyastuty Soenarso. Ibu Anna merupakan anak dari Yoseph Soenarso dan Bernadetta Atas Noerty. Ibu Anna menamatkan studinya hingga SMA Tarakanita Magelang. Setelah menikah, Bapak Albert dan Ibu Anna membuka bengkel motor dan toko kelontong di rumahnya yaitu di Prajenan, Mertoyudan Magelang.
            Setelah Bapak Albert dan Ibu Anna menikah, mereka dikaruniai 2 orang anak. Yang pertama bernama Angelina Diva Bellarosa Atas Wijaya dan yang kedua yaitu Angela Carina Devi Atas Wijaya. Diva lahir di Magelang, 8 juli 1993. Ia memulai pendidikannya mulai dari TK Santo Yusup, SD Sumberejo 2, SMP Tarakanita Magelang, SMA Tarakanita Magelang, dan sudah tamat menyelesaikan S1 pendidikan Bahasa Inggris Sanata Dharma. Kini Diva bekerja bekerja menjadi dosen di Sanata Dharma dan di STIM YKPN. Anak keduanya, Devi, lahir di Magelang, 28 September 1999. Dia mengenyam pendidikan mulai dari TK Santo Yusup, Sd Tarakanita Magelang, SMP Tarakanita Magelang, SMA Tarakanita Magelang, dan saat ini menjadi pelajar di SMAN 2 Magelang.
            Bapak Albertus adalah orang yang tidak mudah putus asa. Beliau selalu berusaha memberikan apa yang diinginkan oleh istri dan juga ke-2 anak perempuannya.


Jalan Santai HUT SMA 2 Magelang

 
            Magelang, Minggu (16/10/2016) SMA 2 Magelang atau yang lebih akrab disebut Smada, mengadakan kegiatan rutin setiap tahun yaitu jalan santai. Acara jalan santai diadakan dengan maksud untuk memperingati ulang tahun SMA 2 Magelang. Sebelum diadakan jalan santai ini smada telah mengadakan berbagai macam perlombaan yang dimaksudkan untuk memeriahkan ulang tahun SMA 2 yang ke 37.
            Jalan santai dilaksanakan pagi hari pada pukul 07.30 nWIB yang diikuti seluruh Bp ibu guru karyawan serta siswa siswi smada. Sebelum jalan santai dimulai, OSIS Sma 2 membagikan doorprice. Rute jalan yang dilalui sejauh 5 km. Disepanjang perjalanan semua peserta terlihat tertib dan menjaga sopan santun dengan peserta jalan santai lainnya. Sekitar pukul 09.30 seluruh peserta telah kembali di smada. Setelah sampai di smada, siswa siswi mengikuti lomba menghias tumpeng.
            Pada saat lomba tumpeng, semua peserta berkumpul di panggung smada untuk menikmati pertunjukkan yang diisi oleh band-band siswa smada yang keren. Sembari acara hiburan dan pembagian doorprice, para siswa dan siswi disuguhi pula oleh berbagai stand makanan dan minuman “Acara jalan santai tahun ini sangat menyenangkan dan sangat meriah terutama banyak stand-stand makanan dan minumannnya”, ujar Sonia salah satu pengurus osis. Acara berakhir sekitar pukul 12.00 WIB yang ditutup dengan Gong Door Price.